Zaman
Klasik
Bagian sejarah Jepang meninggalkan dokumen tertulis dimulai pada abad
ke-5 dan abad ke-6 Masehi, saat sistem tulisan Cina, agama Buddha, dan
kebudayaan Cina lainnya dibawa masuk ke Jepang dari Kerajaan Baekje di Semenanjung Korea.
Perkembangan selanjutnya Buddhisme di Jepang dan seni ukir rupang sebagian besar dipengaruhi oleh Buddhisme
Cina.Walaupun awalnya kedatangan agama Buddha ditentang penguasa yang menganut Shinto, kalangan yang berkuasa akhirnya ikut memajukan agama
Buddha di Jepang, dan menjadi agama yang populer
di Jepang sejak zaman Asuka.
Melalui perintah Reformasi Taika pada
tahun 645, Jepang menyusun ulang sistem
pemerintahannya dengan mencontoh dari Cina. Hal ini membuka jalan bagi
filsafat Konfusianisme Cina untuk
menjadi dominan di Jepang hingga abad ke-19.
Periode Nara pada abad ke-8 menandai sebuah negeri Jepang dengan kekuasaan yang
tersentralisasi. Ibu kota dan istana kekaisaran berada di Heijo-kyo (kini Nara).
Pada zaman Nara, Jepang secara terus menerus mengadopsi praktik administrasi
pemerintahan dari Cina. Salah satu pencapaian terbesar sastra Jepang pada zaman
Nara adalah selesainya buku sejarah Jepang yang disebut Kojiki (712) dan Nihon Shoki (720).
Pada tahun 784, Kaisar Kammu memindahkan
ibu kota ke Nagaoka-kyō, dan berada di
sana hanya selama 10 tahun. Setelah itu, ibu kota dipindahkan kembali ke Heian-kyō (kini Kyoto).
Kepindahan ibu kota ke Heian-kyō mengawali periode Heian yang merupakan masa keemasan kebudayaan klasik asli
Jepang, terutama di bidang seni, puisi dan sastra Jepang. Hikayat
Genji karyaMurasaki Shikibu dan lirik lagu kebangsaan Jepang Kimi ga
Yo berasal dari periode Heian.
Sumber :
* Wikipedia bahasa Indonesia
0 comments:
Post a Comment